Kamis, 30 Juli 2015

LAPORAN PENDAHULUAN TETANUS

Laporan pendahuluan
Tetanus
                                         

                                                  


Di susun oleh :
TRIA ENAMBELA O
XI keperawatan 1
Nis: 155/128.076

SMK MUHAMMADIYAH LUMAJANG
JL. Letkol slamet wardoyo 103 labruk lor
2014 – 2015








LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan pada pasien dengan tetanus telah di syahkan dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik pada :

HARI :
TANGGAL :
RUANGAN :






     Pembimbing akademik                                                                        pembimbing klinik



Dyaning dhamayanti, A.Md.Kep                                                                    Siti Fatimah











TETANUS
DEFINISI
 Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot ( spasme ) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotosin ( tetanoplasmin ) yang dihasilkan oleh kuman pada sinap ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuromuscular (neuromuskulas jungtion ) dan saraf autonom ( smarmo, 2002)
ETIOLOGI
Spora bacterium clostridium tetani (c.tetani ). Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat neurotosik ( tetanus pasmira ) yang mengakibatkan kejang otot dan saraf perifer setempat termasuk bacteri gram positif. Bentuk : batang, terdapat di tanah, debu,dll.
KLASIFIKASI
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu :
1.      Tetanus local : ditandai dengan otot terasa sakit timbul rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar selama beberapa minggu  dan menghilang.
2.      Tetanus sefalik : masa inkubasi 1-2 hari terjadi setelah luka pada kepala dan muka paling menonjol yaitu alis fungsi saraf III,IV,VII,IX tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
3.      Tetanus genal : ditandai dengan spasme otot, kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, timbul kejang menimbulkan eduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh relaksasi
4.      Tetanus neonatorium : berbentuk general dan faktal apabila tidak ditangani langsung. Terjadi pada anak – anak yang di lahirkan dari ibu yang tidak imunisasi secara adekuat, sulit menelan asi.


PATHOFISIOLOGI
Luka tusuk
Luka tembak,dll

Perawatan luka yang salah
Keadaan luka anaerob

Kuman memperbanyak diri danBerkembang biak


Menghasilkan toksin tetanus ygMenyebar keseluruh tubuh

Spasme otot

Timbul kejang
Kehilangan koordinat otot besar dan kecil paru
                             Obstruksi trakea brocial                   gangguan ventilasi spontan



MANIFESTSI KLINIS
   Tanda tetanus ( sudoyo, aru 2009 )
-          Periode inkubasi dengan rata – rata 7-10 hari
-          Onset bervariasi antara 1-7 hari
-          Regiditas
-          Spasme otot
-          Pemulihan memerlukan waktu 4 minggu
  Gejala dan tanda secara umum :
-          Spasme dan messeter menyebabkan timus
-          Pembekakan, raa sakit dan kaku dari berbagai otot :
   . otot leher
   . otot dada
   . otot lengan dan paha
   . otot punggung
   . merambat ke otot perut
-          Tetanik seizures
-          Iribilitas
-          Demam
 Gejala penyerta lain :
1.      Keringat berlebihan
2.       Sakit menelan
3.      Spasme tangan dan kaki
4.      Produksi air liur
5.      BAB dan BAK tidak terkontrol
6.      Terganggunya pernafasan karena otot laring terserang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-          EKG : interval CT memanjang karena segment st. bentuk takikardi ventrikuler ( torsaderde pointers )
-          Pada tetanus kadar serum 5 – 6  mg/al Atau 1,2 – 1,5 mmol/l atau lebih rendah kadar fosfat dalam serum meningat
-          Sinar x tulang tampak peninngkatan denitas foto rontgen pda jaringan subkutan atau besar ganglia otak menunjukkan klasifikasi
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Kebersihan jalan nafa tidak efektif berhubungan dengan penumpukan pada trakea dan spasme otot pernafasan .
Intervensi :
-          bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi ekstensi
-          bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukan suction
-          oksigenasi
-          observasi TTV  tiap 2 jam
-          observasi timbulnya gagal nafas
-          kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi ( mukolitik )
2.      gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot – otot pernafasan.
Intervensi :
-          antur posisi luruskan jalan nafas
-          observasi tanda dan gejala sinosis
-          oksigenasi
-          observasi timbulnya gagal nafas
-          kolaborasi dalam pemerikssaan analisa gas darah 
3.      peningkatan suhu tubuh ( hipertermia 1 berhubungan dengan efek toksin ( bacterimia ).
Intervensi :
-          antur suhu lingkungan yang aman
-          pantau suhu tubuh tiap dua jam
-          berikan hidrasi atau minum yang  cukup
-          lakukan tindakan teknik aseptic dan anti septic pada perawatan luka
-          berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang  .
4.      pemenuhan nutria kurang dari kebutuhan berhubunngan dengan kekakuan otot pengunyah .
intervensi :
-          factor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya makan bagi tubuh
-          kolaboratif
-          pemberian diit TKTP cair, lunak, atau bubur kasar
-          pemberian cairan perivline


“ DAFTAR PUSAKA “
http:// health.yahoo.com/ency/adam/aobis.last diaskses pada tanggal 1 maret 2014
http: //medindia.net/patients/ptientinfo/poll/voteconfirm asp diakses pada tanggal 1 maret 2014
brunnerd dan suddarth.2002.BUKU AJAR KEPERAWATAN medical bedah Jakarta : EGC
doenges,ME 2000 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN pedoman untuk perencanan dan pendokumentasi perawat pasien, edisi 2, Jakarta : EGC
lyanda juall.C,2003. Rencana ashuan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, penerjema monica ester, EGC, Jakarta.
Smeltzer.suzuane C. 2002 . BUKU AJAR KEPERAWATAN medical bedah edisi 8 vol.3 jakarta : EGC